Senin, 30 Januari 2012

7 Pintu Godaan Syetan

Bismillahirrahmanirrahim


"Sesungguhnya setan itu tidak ada kekuasaannya atas orang-orang yang beriman dan bertawakal kepada Tuhannya. Sesungguhnya kekuasaannya hanyalah atas orang-orang yang mengambilnya jadi pemimpin dan atas orang-orang yang mempersekutukannya dengan Allah." (Q.s. an-Nahl: 99-100).

Kekuatan syetan mempengaruhi kita sebenarnya berasal dari nafsu, syetan tidak pernah menggandeng lengan kita, ia hanya membisiki, menggoda, dan melontarkan lintasan-lintasan ke hati kita. Jika jiwa kita bersih dan suci bersama Allah, maka ia akanmenangkis lintasan-lintasan itu, tetapi jika jiwa kita kotor, lintasan dan tipuan setan itu akan bekerja efektif dalam diri kita.

Syetan mempunyai banyak cara untuk menggoda, membisikan lintasan-lintasan melalui tujuh pintu. Orang yang mampu merenungkan ketujuh pintu ini, lalu memohon perlindungan dengan sungguh-sungguh kepada Allah, pasti ia mampu mengunci ketujuh pintu tersebut, dengan izin-Nya.

Adapun 7 (tujuh) pintu godaan syetan itu ialah :

Pintu pertama, syetan memalingkan manusia agar tidak beribadah/beramal. Apabila di hati anda terlintas keinginan untuk mengerjakan shalat atau bangun malam, syetan berbisik, "tidak usah bangun, kamu lelah. besok kamu akan bergumul dengan kesibukan, jadi tidurlah yang cukup, tidak usah mengerjakan shalat." Jika Allah melindungi dan memberinya taufik maka ia akan mengatakan, "Aku harus bangun dan mengerjakan shalat. Harus. Aku butuh ini, karena aku ini didunia mencari sangu/bekal yaitu ibadah."

Pintu kedua, Setelah di bujuk syetan si hamba tadi tetap melakukan ibadah karena kuatnya keinginan hati, maka syetan pindah ke pintu kedua, yaitu menunda-nunda, "nanti-nanti saja dulu" bisik syetan. "untuk malam ini engkau istirahat saja, masih ada besok malam, atau minggu depan". tetapi siapa yang menjamin seseorang masih hidup esok hari atau minggu depan??.
Pintu kedua ini bisa ditutup dengan selalu mengingat mati. jika si hamba tadi ditolong oleh Allah maka dijawabnya, "hai syetan aku tidak berani menunda-nunda sebab umur bukan ditanganku". jika aku tunda amal yang semestinya aku kerjakan hari ini, kapan aku kerjakan ketaatan yang seharusnya aku kerjakan esok hari.

Kebanyakan, kita sekarang ini sampai di pintu kedua saja sudah kalah...apalagi pintu yang selanjutnya...
audzubillah himinasyaitonirrajim

Pintu ketiga, Setelah di bujuk syetan si hamba tadi tetap melakukan ibadah karena kuatnya keinginan hati, maka syetan pindah ke pintu ketiga, yaitu tergesa-gesa. Syetan berbisik "ayo cepat-cepat saja mengerjakan bacaan Al-Quran mu agar cepat celesai ibadahmu, tak perlu renungkan isinya, tidak usah repot memetik hikmah, tidak perlu menghayati artinya". Jika si hamba ditolong oleh Allah maka dijawabnya, "Allah tidak menginginkan banyak dariku. Allah ingin agar aku dapat memetik hikmah dari amalku ini, agar dapat meresap sepenuh hati." Walau lambat asal selamat (jangan juga terlalu lambat kasihan makmum) hehe...,

Pintu ke-empat, Setelah di bujuk syetan si hamba tadi tetap melakukan ibadah dengan khusyu', maka syetan pindah ke pintu ke-empat, yaitu riya "Kerjakanlah secara baik agar kamu dilihat banyak orang, jika bersedekah umumkanlah, jika membangun masjid biarkan mereka menulis masjid dibangun atas derma si fulan. Jika Allah menolong si hamba tadi maka dijawabnya "Aku tidak perlu minta dilihat manusia, cukup Allah yang melihat". Aku takkan mencari kerelaan mereka dalam urusan sekecil apapun, aku hanya butuh kerelaan Allah."

Pintu kelima, Setelah itu syetan mencoba masuk pintu kelima, yaitu ujub. Jika setelah dibujuk orang itu tidak mau meninggalkan amal, tidak mau menunda-nunda, tidak mau riya dan tidak mau tergesa-gesa, syetan lalu mengatakan "kamu benar-benar hebat!, kamu paling alim". cara mengatasinya ia harus sadar bahwa dirinya lemah. Buktinya, kemarin ia tidak taat, kalau hari ini taat pasti itu semata-mata karena taufik dan petunjuk Allah. Jika sihamba tadi di beri pengetahuan dan ditolong Allah, maka dia akan menolak ujub tadi  dengan "memfanakan diri didalam nikmat" Maksudnya "hai syetan engkau menyuruhku untuk ujub, padahal diriku ini awalnya tidak ada (adam) kemudian belum meminta sudah diberi ada (wujud) berarti ini karunia dari Allah, jika badanku ini karunia maka geraknya ialah Karunia jua adanya".

Pintu ke-enam, Putus asa lewat pintu kelima, syetan bergegas masuk pintu ke-enam yaitu termasuk riya yang sangat halus dan samar.  Syetan berbisik "Dengarkan aku, beramallah dengan penuh dan terus-terusan penuh keikhlasan karena Allah, nanti kamu akan ber-karomah, dan akhirnya Allah jua yang akan memperlihatkan amalmu kepada orang-orang". Subhanallah, luar biasa! syetan melanjutkan, "ikhlaslah karena Allah maka Allah akan membuat wajahmu bercahaya, dan orang-orang akan menyukaimu, berbondong-bondong menemuimu". Jika si hamba tadi di tolong oleh Allah maka ia menjawab "hai syetan sampai disini kamu merusak amal ku, aku menyembah Allah bukan menghendaki masykur, tidak menghendaki di pandang orang, bukan untuk berkaramah, tidak!!!, itu urusan Allah yang memasykur-kan Allah dan yang menyembunyikan Allah, aku tugas beribadah, titik! jangan disambungi biar punya niat itu, ini , supaya itu, supaya ini." 

Pintu ketujuh, syetan menemui manusia dan mengatakan "kenapa kamu susah payah menyiksa dirimu begini? tidak usah ber-amal, karena yang penting itu tulisan Tuhan jua (lauhul mahfudz) jika kamu ditakdirkan jadi orang celaka, ya sudah. Selesai! segiat apapun kamu beribadah kepada Allah, ya kamu tetap sengsara. dan jika kamu ditakdirkan menjadi orang bahagia, ya sudah. Sudah selesai walaupun kerjamu hanya bermain". Semua sudah tertulis dan tinta sudah mengering.
Jika si hamba tadi ditolong oleh Allah maka ia akan menjawab "Aku diciptakan Allah bukan untuk bertanya apakah aku ini ditakdirkan sengsara atau bahagia. Allah menciptakanku dan memerintahkanku untuk taat dan meninggalkan maksiat. Soal  aku bahagia atau sengsara, sepenuhnya kembali kepada-Nya. Ini urusan-Nya sebagai Tuhan bukan urusanku sebagai hamba."


"Dan jika kamu ditimpa suatu godaan setan, maka berlindunglah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui. sesungguhnya orang-orang yang bertakwa, bila mereka ditimpa was-was dari setan, mereka ingat kepada Allah, maka ketika itu juga mereka melihat kesalahan-kesalahannya."(Q.s. al-A'raf: 200-201).

Semoga kita selalu dalam lindungan dan pertolongan Allah, semoga Allah memberikan kita taufik dan hidayah-Nya...Aamiin Yaa Rabbal 'Alaamiin....
Semoga bermanfaat.

Dikutip dari :  
  1. Ceramah Abah Guru Ijai (Syekh Muhammad Zaini Abdul Ghani - Geretak Hati) 
  2. Buku Terapi Ruhani untuk Semua (Habib Ali al-jufri)

Sabtu, 28 Januari 2012

Hakekat Tasawwuf



Mistisisme islam diberi nama Tasawwuf dan oleh kaum orientalis barat di sebut sufisme. Kata Sufisme dalam istilah orientalis barat khusus dipakai untuk mistisisme Islam. Sufisme tidak dipakai untuk mistisisme yang terdapat dalam agama lain.

Tasawwuf atau sufisme sebagaimana halnya dengan mistisisme diluar agama islam, mempunyai tujuan memperoleh hubungan langsung dan disadari dengan Tuhan, sehingga disadari benar bahwa seseorang berada di Hadirat Tuhan. Intisari dalam mistisisme, termasuk dalamnya sufisme, ialah kesadaran akan adanya komunikasi dan dialog antara roh manusia dengan Tuhan dengan mangasingkan diri dan berkontemplasi. Kesadaran berada dekat dengan Tuhan itu dapat mengambil bentuk ittihad, bersatu dengan Tuhan.


Tasawwuf merupakan suatu ilmu pengetahuan dan sebagai ilmu pengetahuan, tasawwuf atau sufisme mempelajari cara dan jalan bagaimana seorang islam dapat berada sedekat mungkin dengan Allah Swt.

Asal Kata Sufi
Tasawwuf berasal dari kata sufi. Menurut sejarah, orang yang pertama memakai kata sufi adalah seorang zahid atau ascetic bernama Abu Hasyim Al-Kufi di Irak (w. 150 H). Dengan meletakkan Al-Sufi di belakang namanya menjadi Abu Hasyim Al-Sufi. Dalam Sejarah islam sebelum muncul aliran Tasawwuf, terlebih dahulu muncul aliran zuhud. aliran zuhud timbul pada abad I dan permulaan abad II Hijriyyah.
sedangkan mengenai Etimologi atau asal kata sufi seringkali di kemukakan teori-teori berikut :
  1. Ahl al-suffah orang-orang yang ikut pindah dengan nabi dari mekah ke madinah, dan karena kehilangan harta, berada dalam keadaan miskin dan tak mempunyai apa-apa. Mereka tinggal di Mesjid Nabi dan tidur di atas bangku batu dengan memakai pelana sebagai bantal, pelana si sebut suffah. Dalam bahasa inggrisnya Saddle-Cushion dan kata sofa dalam bahasa Eropa berasal dari kata suffah. Sungguhpun miskin ahl-suffah berhati baik dan mulia. Sifat tidak mementingkan keduniaan, miskin, berhati baik dan mulia itulah sifat-sifat kaum sufi.
  2. Saf pertama. Sebagaimana halnya dengan orang yang sembahyang di saf pertama mendapat kemuliaan dan pahala, demikian pula kaum sufi dimuliakan Allah dan diberi pahala.
  3. Sufi, yaitu suci. Seorang sufi adalah orang yang di sucikan dan kaum sufi adalah orang-orang yang telah mensucikan dirinya melalui latihan berat dan lama.
  4. Sophos, kata Yunani yang berarti hikmat. Orang sufi betul ada hubungannya dengan hikmat.
  5. Suf, kain yang dibuat dari bulu yaitu wol. Hanya kain wol yang dipakai kaum sufi adalah wol kasar dan bukan wol halus seperti sekarang. memakai wol kasar pada waktu itu adalah simbol kesederhanaan dan kemiskinan. Kaum sufi sebagai golongan yang hidup sederhana dan dalam keadaan miskin, tetapi berhati suci dan mulia.
Diantara kelima teori di atas, yang banyak diterima ialah teori yang kelima sebagai asal kata sufi.
Menurut para ahli, zuhud adalah fase yang mendahului tasawwuf. Menurut Harun Nasution, Perihal yang terpenting bagi seorang calon sufi ialah zuhud, yaitu keadaan meninggalkan dunia dan hidup kematerian. Sebelum menjadi sufi seorang calon sufi harus terlebih dahulu menjadi zahid. Sesudah zahid barulah ia meningkat menjadi sufi, dengan demikian tiap sufi adalah zahid dan sebaliknya tidak setiap zahid merupakan sufi.

Menurut Wafa At-Taftazani, zuhud adalah merupakan hikmah pemahaman yang membuat seseorang memiliki pandangan khusus terhadap kehidupan duniawi, At-Taftazani juga mengatakan, mereka tetap bekerja dan berusaha, tetapi kehidupan duniawi itu tidak menguasai kecenderungan kalbunya dan tidak membuat mereka mengikngkari Tuhannya. Zuhud adalah identik dengan kemiskinan atau tidak harus bersyarat kemiskinan, bahkan terkadang seseorang itu kaya, tapi disaat yang sama ia pun zahid. Utsman bin Affan dan Abdurrahman ibnu Auf adalah para hartawan, tapi keduanya adalah para zahid dengan harta yang mereka miliki.

Zuhud menurut Nabi Muhammad Saw serta para sahabatnya, tidak berarti berpaling secara penuh dari hal-hal duniawi, tetapi sikap moderat atau jalan tengah dalam menghadapi segala sesuatu. Sebagaimana diisyaratkan firman-firman Allh berikut :
  • Dan demikian (pula) Kami telah menjadikan kamu (umat Islam), umat yang adil dan pilihan (QS. Al-Baqarah, 2:143).
  • Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bagianmu dari (kenikmatan) duniawi (QS. Al-Qashash, 28:77).
Nabi Muhammad Saw bersabda, bekerjalah untuk duniamu seakan kamu akan hidup selamanya, dan bekerjalah atau beribadahlah untuk akhiratmu seakan kamu akan mati esok hari.
Zuhud merupakan suatu maqam yang penting dalam tasawwuf, ini dapat dilihat dari pendapat ulama tasawwuf yng mencantumkan zuhud dalam pembahasannya, meskipun dengan sistematika yang berbeda.
  1. Al-Ghazali menempatkan zuhud dalam urutan sistematika maqam ; Taubah, shabr, faqr, zuhud, tawakkul, mahabbah, ma'rifat, ridha.
  2. Ath-Thusy menempatkan zuhud dalam urutan sistematika maqam ; Taubah, wara, zuhud, faqr, shabr, ridha, tawakkul, ma'rifah.
  3. Al-Qusyairi menempatkan zuhud dalam urutan sistematika maqam ; Taubah, wara, zuhud, tawakkul, ridha.

Sifat Hati



Bismillahirrahmanirrahim


“Ketahuilah bahwa dalam jasad ini ada segumpal daging, apabila segumpal daging itu baik, maka akan menjadi baik semuanya, dan apabila segumpal daging itu jelek, maka akan jeleklah semuanya, ketahuilah bahwa segumpal daging itu adalah hati.” (HR. Al-Bukhari dan Muslim).

Sesungguhnya hati manusia terdapat empat (4) jenis sifat, yaitu :

1. Sifat Buas
2. Sifat Kebinatangan
3. Sifat Syetan
4. Sifat Ketuhanan

Jika manusia dikuasai oleh sifat amarah, maka ia cenderung melakukan perbuatan-perbuatan binatang buas seperti rasa permusuhan, kebencian, suka mencela, menyerang orang lain dan sebagainya. Dan jika manusia dikuasai oleh syahwat, maka ia gemar melakukan perbuatan binatang, seperti serakah, tamak, nafsu seksual yg  kuat, dan sebagainya. Sedang sifat setan adalah seperti suka berbohong, dan menipu.
Bila didalam diri manusia ada sifat ketuhanan (Rububiyah) maka ia akan menginginkan kekuasaan, kedudukan tinggi, keistimewaan, bahkan ia menyatakan dirinya memiliki ilmu dan pengetahuan serta menguasai hakikat segala sesuatu. ia suka dikatakan berilmu atau mengetahui dan sebaliknya ia akan besedih jika dikatakan bodoh.

Sedangkan dari segi manusia memiliki sifat khusus, yaitu dapat "membedakan segala sesuatu" (akal fikiran) sifat ini tidak di miliki oleh binatang, tetapi manusia dan binatang sama-sama memiliki sifat amarah dan nafsu syahwat yang dapat membangkitkan sifat syetan, sehingga membuat manusia menjadi jahat.

Nabi saw. bersabda,
"Ada empat jenis hati : (1) Hati yang bersih, dimana didalamnya ada lentera yang bersinar, itulah hati orang yang beriman; (2) Hati kelam yang terbalik, itulah hati orang kafir; (3) Hati terbungkus yang terikat bungkusannya, itulah hati orang munafik; (4) Hati yang bercampur aduk, didalamnya terdapat keimanan dan kemunafikan." (HR. Ahmad dan ath-Thabrani)

Keimanan di dalam hati itu ibarat sayur-sayuran yang tumbuh subur oleh air yang bersih, sedangkan kemunafikan di dalam hati itu seperti luka yang berdarah dan bernanah. Jadi, mana di antara kedual hal tersebut yang paling dominan di dalam hati maka begitulah jadinya hati.

Allah swt. mengabarkan bahwa sesungguhnya hati hanya akan bisa melihat dengan terang berkat adanya zikir atau mengingat Allah, dan ini hanya bisa dilakukan oleh orang yang bertakwa. Takwa adalah pintu zikir, dan zikir adalah pintu kasyaf atau tersingkapnya segala sesuatu. Sementara kasyaf adalah pintu keselamatan dan pintu meraih kemenangan besar.

Maka dari itu ketahuilah sesungguhnya tempat ilmu itu adalah hati (jiwa), yakni bagian halus yang mengatur seluruh anggota tubuh manusia. Dan pada dasarnya ilmu yang masuk kedalam hati itu terbagi atas ilmu aqli (akal) dan ilmu syar'i (agama), ilmu aqli sendiri terbagi atas ilmu dharuri (yang mudah diketahui) dan ilmu muktasabah (diketahui dengan usaha) sedangkan ilmu muktasabah sendiri terbagi atas ilmu duniawi dan ilmu akhirat.

Ilmu dharuri. Ilmu ini tidak dapat diketahui dari mana didapat dan bagaimana mendapatkannya, misalnya pengetahuan bahwa satu orang mustahil bisa berada pada dua tempat yang berbeda, dan satu benda di satu waktu tidak mungkin berstatus baru dan lama, atau ada dan tidak ada dalam waktu bersamaan. Mustahil jika kita berjalan ke dalam hutan yang didalamnya terdapat rumah berdiri dengan sendirinya pasti akal akan menganggap bahwa rumah tersebut ada yang membangunnya. ini adalah fitrah dan jelaslah bahwa Allah yang menjadikan jalan baginya kepada ilmu tersebut.

Ilmu muktasabah. Ilmu yang didapat dari proses belajar, dengan belajar maka ia akan mengerti dan memahami apa yang dia tidak ketahui sebelumnya.

Ilmu Agama Ilmu yang diambil dengan jalan taklid atau mengikuti para nabi as. Diperoleh dari mempelajari Al-quran dan Sunnah Rasul serta memahami maksud keduanya, dengan demikian sifat hati menjadi sempurna, dan hatipun selamat dari segala penyakit hati dan bencana.

Sesungguhnya ilmu aqli itu ibarat makanan sementara ilmu agama itu ibarat obat penyakit hati.


Dalam Al Qur’an dinyatakan ada beberapa tingkatan kualitas hati sehingga masing-masing dari kita dapat menilai ada di kualitas yang manakah hati kita selama ini. Kualitas hati yang disebut dalam firman Allah itu antara lain :

1. Hati yang berpenyakit
Yaitu orang yang dalam hatinya terdapat sifat atau rasa iri, dengki, dendam, pendusta, munafik, riya’, kasar dan sifat-sifat yang sejenisnya. Sebagaimana disebutkan dalam Surat Al Baqarah ayat 10 : “Di dalam hati mereka ada penyakit, lalu ditambah Allah penyakitnya, dan bagi mereka siksa yang pedih, disebabkan mereka berdusta”. Kemudian dalam Surat Al Hajj ayat 53 juga disebutkan : “Agar Dia menjadikan apa yang dimasukkan oleh syaitan itu, sebagai cobaan bagi orang-orang yang di dalam hatinya ada penyakit dan yang kasar hatinya. Dan sesungguhnya orang-orang yang zhalim itu benar-benar dalam permusuhan yang sangat”.

2. Hati yang mengeras
Yaitu hati yang berpenyakit namun tak diobati sehingga menyebabkannya menjadi keras. Kerasnya hati tersebut menyebabkan seseorang tak lagi mempunyai kepekaan terhadap jeleknya perbuatan yang dilakukan. Bahkan perbuatan jahat pun akan dianggap sebagai sesuatu yang biasa. Allah pun menyinggung hal ini dalam Surat Al An’am ayat 43 : “Maka mengapa mereka tidak memohon (kepada Allah) dengan tunduk merendahkan diri ketika datang siksaan Kami kepada mereka, bahkan hati mereka telah menjadi keras dan syaitan pun menampakkan kepada mereka kebagusan apa yang selalu mereka kerjakan”.

3. Hati yang membatu
Yaitu kualitas hati yang makin memburuk kondisinya sehingga kalau tak disadari akan meningkat kualitas keburukannya. Sebagaimana Allah berfirman : “Kemudian setelah itu hatimu menjadi keras seperti batu, bahkan lebih keras lagi. Padahal diantra batu-batu itu sungguh ada yang mengalir sungai-sungai daripadanya dan diantaranya sungguh ada yang meluncur jatuh, karena takut kepada Allah. Dan Allah sekali-kali tidak lengah dari apa yang kamu kerjakan”. (Surat Al Baqarah : 74)

4. Hati yang tertutup
Jika hati sudah tertutup maka ia tidak lagi bisa menerima petunjuk, tetapi masih menunjukkan reaksinya. Setiap kebaikan pasti akan dikesampingkannya. Allah menyatakan hal itu dalam firmanNya : “Sekali-kali tidak (demikian), sebenarnya apa yang selalu mereka usahakan itu menutup hati mereka”. (Surat Al Muthaffifin : 14)

5. Hati yang mati
Kalau hati sudah tertutup maka tingkat yang lebih buruk lagi adalah hati menjadi mati. Mereka yang memiliki hati yang sudah mati sudah tidak akan bereaksi lagi dalam menerima petunjuk. Diberi petunjuk ataukah tidak sama saja, tak ada bedanya. Firman Allah : “Sesungguhnya orang-orang kafir itu, sama saja bagi mereka, kamu beri peringatan atau tidak kamu beri peringatan, mereka tidak akan beriman. Allah telah mengunci mati hati dan pendengaran mereka, dan penglihatan mereka ditutup. Dan bagi mereka siksa amat berat”. (Surat Al Baqarah : 6-7)

Namun demikian ada satu kualitas hati yang baik, yaitu hati yang suci di mana ia akan selalu bergetar apabila disebut nama Allah, sebagaimana yang disebut di dalam Surat Al Hajj ayat 35 :
“(Yaitu) orang-orang yang apabila disebut nama Allah bergetarlah hati mereka, orang-orang yang sabar terhadap apa yang menimpa mereka, orang-orang yang mendirikan sembahyang dan orang-orang yang menafkahkan sebagian dari apa yang telah Kami rizkikan kepada mereka”.

Orang yang memiliki hati seperti itu lembut dan ikhlas adanya. Ia akan mudah iba melihat penderitaan orang lain, suka menolong sesama, tidak suka kekerasan, sabar, penuh kasih sayang, pemaaf, penuh keikhlasan, dan selalu ingin berbuat amal kebaikan.

Lalu, bagaimana caranya agar kualitas hati kita itu menjadi semakin baik? Atau jika hati kita sakit bagaimana mengobatinya?

Tentu semua masih ingat lagunya Opik. Obat hati ada lima perkaranya. Yang pertama baca Qur’an dan maknanya. Yang kedua, sholat malam dirikanlah. Yang ketiga berkumpullah dengan orang-orang sholeh. Yang keempat, perbanyaklah berpuasa. Yang kelima dzikir malam perpanjanglah. Salah satunya siapa bisa menjalani (kalau bisa semua dijalani), moga-moga Gusti Allah mencukupi.

Mudah-mudahan kita terhindar dari kualitas hati yang jelek seperti di atas. Sedapat mungkin kita mengarahkan hati kita agar menjadi hati yang suci diantara orang-orang yang beriman. Meskipun kenyataannya sulit, dengan niat yang sungguh-sungguh insya Allah, Allah SWT memberikan kemudahan. Aamiin Yaa Robbal 'Alamiin...

http://kisahtanpabicara.blogspot.com/2013/04/hati-hati-menjaga-hati.html